Menjalin Cinta Dengan Paman

Sebenarnya Dia adalah Orang yang Disukai Paman Secara Diam-Diam 



Sebenarnya Dia adalah Orang yang Disukai Paman Secara Diam-Diam 

0An Ge'er tiba-tiba memanggil Bo Yan.     

"Kenapa? Bo Yan menoleh dan menatap An Ge'er. Matanya yang kelam dan dalam sedikit berkilau, seperti pusaran air dalam yang tidak terlihat dasarnya, bisa dengan mudah menenggelamkan orang.     

An Ge'er tiba-tiba tidak berani memandang Bo Yan, dia menunduk dan mengambil apel di atas meja, lalu menggigitnya.     

Sambil berpura-pura tidak peduli, An Ge'er bertanya, "Paman… apakah Paman benar-benar memiliki cinta pertama?"     

Mendengar itu, mata sipit Bo Yan mendadak berkilat. Pria itu maju dan berdiri diam di depan An Ge'er, lalu menatapnya sejenak.     

Senyuman perlahan merekah di bibir Bo Yan, seperti bunga es yang mekar di bawah sinar matahari. Itu adalah campuran antara kedinginan dan kelembutan, semacam keindahan yang menakjubkan.     

"Menurutmu?"     

Bo Yan mengulurkan tangan dan menempelkan ujung jarinya ke bibir An Ge'er. Sementara gadis itu hanya menatapnya, pipinya tiba-tiba menjadi merah, sangat merah, sangat merah.     

'Dia… sedang apa?'     

"Jangan lupa mengelap mulutmu setelah makan." Bo Yan menarik tangannya, suaranya lembut.     

An Ge'er pun terkejut. Pipinya semakin merah!     

'Apa dia ingin merusak suasana ini?!'     

An Ge'er menggigit keras-keras apel di tangannya, lalu bertanya lagi, "Paman, apakah lagu itu benar-benar kamu tulis untuk pacar pertamamu?"     

Dulu, An Ge'er sama sekali tidak memerhatikan dan juga tidak peduli dengan hal itu. Namun, dulu dia juga sepertinya pernah samar-samar mendengar dari Ye Che bahwa Bo Yan tidak pernah punya pacar.     

'Lalu, sebenarnya mana yang benar? Bagaimana dengan pacar pertamanya ini?!'     

"Ya."     

"Hmm?!"     

An Ge'er tidak mengira kalau Bo Yan akan menjawab dengan begitu terus terang. Tanpa sadar, matanya pun melebar, "Ini... ternyata ini benar?!"     

'Pacar pertama, pacar pertama…'     

Gawat, An Ge'er merasa seperti terkena jampi-jampi, dua kata itu terus bergema di benaknya.      

Melihat wajah An Ge'er yang cemberut, sudut bibir Bo Yan agak berkedut. "Sebenarnya, kurang tepat kalau menyebutnya sebagai pacar pertama."     

An Ge'er mengabaikan sedikit rasa frustasi dan kecewa di lubuk hatinya itu dan bertanya, "Mengapa?"     

Pandangan mata Bo Yan tiba-tiba mengarah ke luar jendela tinggi, tatapan yang sulit dimengerti berkelebat di matanya yang sipit, "Dia adalah orang yang kusukai secara diam-diam."     

'Orang yang kusukai secara diam-diam…'     

An Ge'er dibuat terkejut oleh perkataannya itu. "Paman, ternyata ada juga orang yang Paman sukai secara diam-diam? Dia orang yang seperti apa?"     

Sesungguhnya An Ge'er ingin bertanya, sebenarnya wanita seperti apa yang bisa membuat pria seperti pamannya itu… menyukainya secara diam-diam?!     

'Mestinya, dia adalah seorang wanita yang sempurna…'     

"Dia sangat pandai, tapi juga sangat bodoh."     

Bo Yan seperti sedang mengenang sesuatu. Saat melihatnya dari sisi samping ini, sinar matahari masuk melalui jendela dan melapisi tubuhnya yang ramping serta tegap itu dengan cahaya keemasan yang samar.     

Aura Bo Yan jernih dan juga indah.     

Seketika itu juga, An Ge'er merasa bahwa pria seperti pamannya itu benar-benar sangat sulit untuk membuat orang lain tidak tergoda…     

Jadi, ketika melihat Bo Yan sedang mengenang orang yang 'diam-diam disukainya' itu, tiba-tiba An Ge'er merasakan adanya emosi yang agak tidak bisa dijelaskan di lubuk hatinya.     

Emosi itu pun secara tidak langsung menumbuhkan semacam ketakutan dalam diri An Ge'er.     

"Paman, aku naik dulu."     

An Ge'er berlari ke atas, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh sosok Bo Yan.     

'An Ge'er! Sadar, sadar! Akhir-akhir ini kamu sangat tidak beres!'     

An Ge'er menuliskan sebuah kalimat pada buku harian rahasianya. Gadis itu meletakkan pena, lalu menghela napas sambil memandang ke luar jendela dengan satu tangan menopang dagu.     

'Paman mempunyai orang yang disukainya atau tidak, apa hubungannya denganku?'     

***     

Ketika Bo Yan masuk ke kamar An Ge'er, sebuah lampu malam kecil menyala di atas meja. Pria itu menemukan keponakannya tertidur begitu saja di sana.     

Angin malam berembus masuk perlahan, seperti tangan lembut yang membelai rambut panjang An Ge'er yang halus dan tertinggal di udara. Bo Yan melakukan itu cukup lama.     

Bo Yan mengangkat An Ge'er dengan lembut, memberikan selimut, membungkukkan badan lalu meninggalkan kecupan seringan bulu di dahi gadis itu.     

Kemudian, Bo Yan berjalan ke depan jendela dan menutupnya. Namun, tanpa sengaja, pandangan pria itu menyapu ke sebaris kata di buku harian An Ge'er.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.